Pilihan. Ya, ia laksana air yang terus mengalir menyusuri hamparan
bumi. Laksana agkasa yang dengan birunya menaungi semesta. Ia selalu
hadir dalam setiap desah nafas manusia. Karena ia adalah bagian dari
kehidupan. Ia adalah bunga dari perjalanan hidup. Sebuah pilihan adalah
hakikat kehidupan. Tak banyak yang paham akan makna pilihan; sebanyak
yang tahu. Tapi, sebuah pilihan selalu hadir, suka atau tidak, kita
kehendaki atau tidak. Dia terus menemani kita dalam mencari arti
kehidupan dan makna kematian. Ia ibarat siang dan malam yang terus
berganti hingga Sang Penguasa jagat raya ini menghendaki hilangnya
proses ini dari peradaban dunia yang fana ini.
Ketika pilihan-pilihan itu datang, kita harus siap menerima resiko apapun untuk setiap pilihan yang kita pilih, sampai pada akibat terpahit sekalipun. Seperti yang saya katakan di atas, berlaku jujur adalah sebuah pilihan. "Kejujuran", alangkah indahnya kata ini!
Mencari orang yang jujur saat ini hampir sama mustahilnya dengan mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Jujur bukanlah semata-mata tidak berkata dusta. Ketika Nabi bersabda, "katakanlah kebenaran itu walupun pahit", sebenarnya Nabi memerintahkan kita untuk berlaku jujur dengan lidah kita. Ketika Nabi bersabda, "andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya," sesungguhnya Nabi mengajarkan kita untuk bertindak jujur dalam penegakkan hukum meskipun terhadap keluarga sendiri. Ketika Al-Qur'an merekam kalimat suci, "sampaikanlah amanat kepada yang berhak," sesungguhnya Allah menyuruh kita bersikap jujur ketika memegang amanah, baik selaku dosen, pejabat, ataupun pengusaha. Sewaktu Allah menghancurkan harta si Qarun karena Karun bersikukuh bahwa harta itu diraihnya karena kerja kerasnya semata, bukan karena anugerah Allah, sebenarnya Allah sedang memberi peringatan kepada kita bahwa itulah azab Allah terhadap mereka yang tidak berlaku jujur akan rahmat Allah.
Bagaimana nasib kita, kitalah yang menentukannya...
0 komentar:
Posting Komentar